Bukan
Sekadar Mengobati Pasien

Judul: Dokter
Rakyat
Penulis: dr.
Andre Setiawan
Penerbit: Buku Kompas
Tahun terbit: 2015
Tebal: xiv + 186
halaman
ISBN: 978-979-709-920-6
Buku berjudul Dokter Rakyat ini berisi berbagai
pengalaman seorang dokter yang mengabdi selama satu tahun di daerah terpencil
di Pulau Flores. Melihat garis besar isi buku tersebut, kita tentu ingin
mengetahui hal-hal menarik apa saja yang ditemui dan dialami sang dokter selama
bertugas disana.
Kisah ini berawal dari Dr. Andre Setiawan, penulis
buku ini, yang memutuskan untuk mengikuti program dari pemerintah sebagai
dokter PTT (Pegawai Tidak Tetap). Walaupun bukan merupakan program wajib bagi
para dokter muda, Ia bersama istrinya yang juga seorang dokter tetap memutuskan
untuk mengikuti program ini. Setelah mengirim berkas pendaftaran, ternyata mereka
berdua diterima untuk melakukan pelayanan kesehatan di Kabupaten Bajawa, Pulau
Flores, Nusa Tenggara Timur.
Daerah di Pulau Flores memang dikenal daerah terpencil
namun di sana terdapat destinasi wisata yang menarik. Maka,
sebelum memulai rutinitas sebagai dokter,
penulis terlebih
dahulu mengeksplor tempat
wisata di Pulau Flores. Tempat pertama yang dikunjungi adalah Rumah Retret
Mataloko. Suasana daerah Mataloko yang berkabut dan gaya arsitektur bangunan
yang bergaya Eropa membuat pengunjung seperti berada di Eropa. Penataan taman
di sekitar bangunan semakin memperkuat suasana Eropa tersebut. (halaman 45).............................
Selanjutnya terdapat Kampung Adat Bena. Di sebelah
kiri kampung tersebut terdapat tepian jurang. Ada sebuah mitos menarik. Di tepi
jurang tersebut ada sebuah batu besar yang berdiri diatas sebuah batu lain yang
berukuran lebih kecil. Namun batu besar tersebut seperti menempel dengan batu
yang lebih kecil dibawahnya sehingga tidak jatuh walaupun posisinya nyaris
miring. Tidak hanya itu, batu ini juga dipercaya sebagai indikator keselamatan
desa. Dahulu katanya batu itu pernah hilang dan ditemukan jatuh di jurang.
Keesokan harinya anggota tetua adat desa yang meninggal. Beberapa hari
kemudian, setelah kondisi desa membaik, batu itu kembali ke tempatnya semula.
Sungguh hal mistis. (halaman 49). Selain kedua tempat wisata tersebut masih ada
tempat pemandian air panas Soa serta Taman Laut 17 Pulau Riung yang diibaratkan
penulis seperti surga yang tersembunyi.
Selama mengabdi di sana, penulis bersama istrinya
menempati rumah dinas yang sudah lama tidak ditempati. Suasana pengap, debu
tebal, hingga sarang semut mengisi
ruangan rumah. Belum sampai disitu, di rumah tersebut juga diisukan pernah ada
pasien yang meninggal sehingga kesan mistis dan horror menyelimuti suasana
rumah. Hingga akhirnya terdengar suara ketukan dibelakang lemari. Didekat
lemari tersebut ada ruangan tersembunyi yang terlihat angker. Sang dokter pun
memberanikan diri untuk mengetahui sesuatu di ruangan tersebut . Ia melihat
sesuatu yang menyebabkan adanya suara ketukan dibelakang lemari (halaman
73-75). Apakah itu ? benarkah hantu ? Pembaca dapat menemukan jawabannya di
buku ini.
Pengalaman aneh juga dialami penulis. Ia menemukan
seorang penduduk yang menderita penyakit voyeurism, yaitu suatu penyimpangan
seksual dimana seseorang mendapat kepuasan seksual dengan mengintip orang lain
yang tidak berpakaian atau sedang melakukan hubungan seksual. Ia dan istrinya
sempat menjadi korban karena pelaku pernah mengintip mereka ketika tidur. (halaman 116-117)
Namun diantara kisah-kisah menarik tersebut terdapat
beberapa kisah yang terlihat biasa saja. Hal itu cukup menurunkan ekspetasi
diawal yang diharapkan selalu ada hal baru dan seru disetiap bab cerita.
Walaupun begitu buku ini mampu dengan jelas menggambarkan bagaimana kehidupan
masyarakat beserta keunikan yang ada di sana. Tempat wisata yang diceritakan
penulis juga dapat menambah referensi destinasi wisata bagi pembaca.
Resensi ini juga dimuat di http://www.wisata-buku.com/index.php?option=com_content&task=view&id=2590&Itemid=2736
0 komentar:
Post a Comment