28 March 2017



Judul: Hujan
Penulis: Tere Liye
Tahun Terbit: Januari 2016
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Jumlah Halaman: 320 hal
ISBN 978-602-03-2478-4

Sewaktu novel ini baru-baru terbit, saya sudah tertarik untuk membacanya. Namun saya tunda dulu membelinya karena masih ada antrian buku yang belum dibaca. Melihat review-review dari blogger lain, saya menangkap bahwa buku ini tentang kisah romance di masa depan yang dibumbui dengan hal-hal berbau fantasi. Masa depan dan fantasi, perpaduan yang membuat saya tertarik membacanya.

Cerita berawal dari Lail yang menemui dokter pskiatri untuk menghapus ingatannya. Saat itu tahun 2050 dan terdapat teknologi untuk menghapus ingatan seseorang agar tidak lagi mengingat kenangan menyakitkan. Untuk itu Lail harus menceritakan kisahnya di masa lalu.  Cerita berlanjut flashback saat Lail berusia 13 tahun.  Ya... buku ini menawarkan cerita dengan alur maju mundur yang menjadikannya asik dibaca.

Kisah masa lalu yang diceritakan Lail dimulai dari bencana gunung meletus yang terjadi tahun 2042. Sejak bencana tersebut hidup Lail berubah. Ia kehilangan keluarganya dan hidup sebatang kara. Namun bencana itu yang mempertemukannya dengan Esok, pemuda yang kebetulan membantunya menyelamatkan diri.

Lail kemudian selalu bersama-sama dengan Esok untuk tetap survive menjalani hidup. Tentu kita tahu ketika seseorang selalu bersama orang lain, maka lama-kelamaan orang tersebut akan terasa penting bagi dirinya. Itu juga yang dirasakan Lail terhadap Esok. Namun Esok bukanlah pemuda biasa. Ia seorang yang sangat jenius. Karena itu, Esok diadopsi oleh keluarga walikota yang bersedia membiayai Esok kuliah di luar kota. Esok pun harus meninggalkan Lail.

Saya bisa ikut merasakan betapa galaunya Lail yang ditinggal Esok. Mereka sangat jarang berkomunikasi, apalagi bertemu. Beruntung Lail memiliki sahabat bernama Maryam. Dia yang selalu menghibur dan menguatkan Lail. Maryam juga kerap mengatakan hal-hal kepada Lail yang Quote-able:
"Kamu, tahu Lail, Ciri-ciri orang yang sedang jatuh cinta adalah merasa bahagia dan sakit pada waktu bersamaan, Merasa yakin dan ragu dalam satu hela napas. Merasa senang sekaligus cemas menunggu hari esok." 
 Filosofi judul novel ini juga berasal dari perkataan Maryam:
" Kenapa kita banyak mengenang hal saat hujan ? Karena kenangan sama seperti hujan, ketika dia datang kita tidak bisa menghentikanya. bagaimana kita bisa menghentikan air yang turun dari langit? hanya bisa ditunggu dan selesai dengan sendirinya"
Dampak jangka panjang dari gunung meletus juga memiliki cerita tersendiri. Berbagai kegiatan seru dan menantang dilakukan Lail dan Maryam. Hal itu menambah variasi cerita sehingga cerita tidak melulu tentang Lail dan Esok. Kekhawatiran saya terhadap kisah romance yang menjemukan pun sirna.

Menjelang halaman terakhir, ketika saya mulai menebak akhir ceritanya ternyata terdapat twist yang benar-benar tak terduga. Twist yang dijumpai tidak hanya satu sehingga mampu menggiring akhir cerita ini betul-betul mencapai titik klimaks. Pembaca juga akan menemukan rahasia-rahasia mengenai siapa sebenarnya Esok dan apa yang sebenarnya dikerjakannya saat meninggalkan Lail.

2 komentar:

  1. eh kapan hari itu juga ponaanku ngomongin novel ini, kat dia novel ini tentng persahabatan gitu, dia ga bilang kalo ada romancenya juga. jadi gimna? apa terjadi cinta segitiga, brian?

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya romancenya memang nggak terlalu kental sih. Nggak ada cinta segitiga hehe. plot utamanya tentang Lail yang menunggu dan berharap pada Esok

      Delete

Warung Blogger